Minggu, 03 Januari 2010

PENTINGNYA AIR SUSU IBU (ASI) UNTUK BAYI

Air susu ibu (ASI) adalah makanan alamiah bagi bayi. Pasalnya, ASI mengandung semua yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan yang sehat. ASI mengandung zat gizi, protein, vitamin, zat besi, kalsium, lemak dan nutrisi-nutrisi dasar serta elemen lain. Komposisi ASI selalu sesuai dengan tahap pertumbuhan bayi. Memberikan ASI kepada bayi, bukan saja memberikan kebaikan kepada bayi tapi juga memberikan keuntungan kepada bayi.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI mempunyai IQ lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberi ASI. Pemberian ASI ini hendaknya sesegera mungkin dalam 30-60 menit setelah lahir. Semakin sering menyusui semakin sering keluar. Jika tidak dilakukan si ibu akan sulit menyusui. Akhirnya ASI akan mengering dan si ibu akan beralih ke susu formula. Sayangnya saat ini banyak ibu yang memilih memberikan susu formula kepada bayinya dengan alasan kesibukan dan lain sebagainya mengalihkan para ibu melakukan pemberian ASI dengan susu formula. Padahal dalam sebuah penelitian, diperkirakan hanya 1 dari 1000 ibu yang tidak bisa menyusui anaknya karena adanya kelainan di payudara sang ibu. Kelainan ini sudah dapat terdeteksi sejak masa kehamilan.

Banyak cara yang dapat dilakukan agar ibu tetap dapat memberikan ASI pada anaknya walaupun ibu sedang bekerja ataupun berpergian. Misalnya, dengan memompa ASI dan menyimpannya di kulkas atau jika sedang di luar bisa dengan cara menggunakan pakaian berkancing depan dan menutupinya dengan selendang saat menyusui. Banyak ibu yang menyadari kekurangan dari susu formula terhadap pertumbuhan bayinya tetapi mereka seakan tidak memperdulikan hal itu dan hanya melihat dari sisi praktisnya saja.

Salah satu resiko pergantian ASI ke susu formula yaitu

v Kemungkinan terkontaminasi bakteri dari luar.

v Daya tahan tubuh bayi tidak terlalu kuat.

v Merusak gigi bayi nantinya karena menggunakan botol susu saat menyusu.

Selain itu ASI juga memiliki keuntungan bagi bayi dan juga bagi ibu yaitu:

* Keuntungan untuk Bayi

v ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda dalam komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat.

v ASI mudah dicerna oleh bayi.

v Nutrisi yang terkandung dalam ASI mudah dicerna bayi

v ASI kaya akan antibody yang membantu tubuh bayi untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya.

v ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral selenium.

v Dari sebuah penelitian di Denmark ditemukan bayi yang diberikan ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas. Hal ini diduga karena bayi mengandung DHA/ AA.

v Bayi yang diberikan ASI ekslusif sampai 4 bulan akan menurunkan resiko sakit jantung bila mereka dewasa.

v ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah, infeksi saluran kencing, dan juga menurunkan resiko kematian bayi mendadak.

v Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.

* Keuntungan untuk Ibu

v Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko pendarahan bagi ibu.

v Membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil.

v Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan lebih cepat.

v Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada wanita menyusui sangat rendah.

Sumber : Berita Kota edisi Minggu, 3 January 2010 No. 3487 tahun Ke-11

Gurame Bakar Bumbu Lengkap


BAHAN-BAHAN

Ø 1 kg ikan gurame dibersihkan isi

Ø Sisiknya lumuri garam dan air jeruk nipis diamkan 30 menit


BUMBU HALUS

Ø 6 siung bawang merah

Ø 2 siung bawang putih

Ø 2 buah cabe merah

Ø 1 ruas lengkuas

Ø 1 ruas jahe

Ø ½ ruas kunyit

Ø 3 butir kemiri


CARANYA

Ø Setelah dihaluskan lumurkan ke ikan

Ø Tambahkan 2 sendok makan santan kental

Ø Kemudian diamkan lagi 30 menit sampai meresap bumbunya

Ø Apabila masih perlu bisa ditambahkan lagi garam sesuai selera

Ø Bakar ikan dengan dialasi dengan daun kunyit hingga matang


Sumber : Berita Kota edisi Minggu, 3 January 2010 No. 3487 tahun Ke-11



Jumat, 01 Januari 2010

Teknik Pengumpulan Data Penelitian



Teknik dan tipe pengumpulan data tersebut antara lain wawancara, observasi, diskusi kelompok terfokus, analisis terhadap karya (tulisan, film, karya seni lain), analisis dokumen, analisis catatan pribadi, studi kasus, dan studi riwayat hidup (Poerwandari, 2007). Menurut Poerwandari (2007) metode dasar yang umumnya banyak digunakan adalah observasi dan wawancara. Penelitian ini akan menggunakan wawancara untuk memperoleh data yang diinginkan dan observasi sebagai pelengkap.

Poerwandari (2007) memaparkan bahwa kedua metode ini yaitu wawancara dan observasi merupakan metode dasar yang umumnya dipakai dan dilibatkan dalam tipe-tipe penelitian kualitatif.


1. Wawancara

  1. Pengertian Wawancara

Moleong (1998) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Sedangkan menurut Poerwandari (2007) wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

  1. Bentuk-bentuk Wawancara

Menurut Moleong (1998) metode wawancara dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Wawancara berstruktur

Merupakan metode wawancara dimana pewawancara menggunakan (mempersiapkan) daftar pertanyaan atau daftar isian sebagai penuntun selama proses wawancara.

2. Wawancara semi terstruktur

Proses wawancara yang menggunakan panduan wawancara yang berasal dari pengembangan topik. Sistem yang digunakan dalam menggajukan pertanyaan dan penggunaan terminology lebih fleksibel daripada wawancara terstruktur.

3. Wawancara tidak terstruktur

Merupakan metode wawancara dimana pewawancara tidak menggunakan (mempersiapkan) daftar pertanyaan atau isian sebagai penuntun selama proses wawancara.

Sedangkan Patton (dalam Poerwandari, 2007) membedakan tiga pendekatan dasar dalam memperoleh data kualitatif melalui wawancara, yaitu :

1. Wawancara Informal

Proses wawancara didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaan-pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah. Tipe wawancara demikian umumnya dilakukan peneliti yang melakukan observasi partisipatif. Dalam situasi demikian, orang-orang yang diajak berbicara mungkin tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai secara sistematis untuk menggali data.

2. Wawancara dengan Pedoman Umum

Dalam proses wawancara ini, peneliti dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau dipertanyakan.

Wawancara dengan pedoman sangat umum ini dapat berbentuk wawancara terfokus, yakni wawancara yang mengarahkan pembicaraan pada hal-hal atau aspek-aspek tertentu dari kehidupan atau pengalaman subjek.

3. Wawancara dengan Pedoman Terstandar yang Terbuka

Dalam bentuk wawancara ini, pedoman wawancara ditulis secara rinci, lengkap dengan set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat. Peneliti diharapkan dapat melaksanakan wawancara sesuai sekuensi yang tercantum, serta menanyakannya dengan cara yang sama pada responden-responden yang berbeda.

2. Observasi

a. Pengertian Observasi

Poerwandari (2007), observasi barangkali menjadi metode yang paling dasar dan paling tua dari ilmu-ilmu sosial, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. Observasi adalah suatu aktivitas dalam mengenal tingkah laku individu dan biasanya diakhiri dengan mencatat hal-hal yang penting dan merupakan studi yang dilakukan dengan sengaja dan secara sistematis melalui proses pengamatan atau gejala-gejala spontan yang terjadi pada saat itu (Poerwandari, 2007).

Banister dkk (dalam Poerwandari, 2007) mengatakan bahwa observasi selalu menjadi bagian dalam penelitian psikologis, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah. Sedangkan menurut Patton (dalam Poerwandari, 2007) observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif.


b. Tujuan Observasi

Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus akurat, faktual sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai catatan panjang lebar yang tidak relevan. Patton (dalam Poerwandari, 2007) mengatakan data hasil observasi menjadi data penting karena:

1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dimana suatu hal yang diteliti ada atau terjadi.

2. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian, dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.

3. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh partisipan atau subjek penelitian sendiri kurng disadari.

4. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.

5. Observasi memungkinkanpeneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian atau pihak-pihak lain.

6. observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap intospektif terhadap penelitian yang dilakukannya.

Patton (dalam Poerwandari, 2007) menjelaskan bahwa data hasil penelitian menjadi penting karena peneliti akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang konteks dimana hal itu terjadi. Peneliti akan dapat bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.


c. Bentuk-bentuk Observasi

Menurut Moleong (1998), observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Keterlibatan pengamat dalam kegiatan orang-orang yang diamati, yaitu :

a. Observasi Partisipan

Suatu observasi dimana pengamat ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diteliti atau diamati seolah-olah pengamat merupakan bagian dari mereka.

b. Observasi Non Partisipan

Observasi dimana pengamat berada di luar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.

2. Cara pengamatan dibedakan atas :

a. Observasi Berstruktur

Observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya menggunakan pedoman pengamatan.

b. Observasi Tidak Berstruktur

Observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya melakukan pengamatan secara bebas.



Sumber :

Moleong, L. (1998). Metodologi penelitian kualitatif (edisi revisi). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


Poerwandari, E. K. 2007. Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Depok : LPSP3. Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia.