Selasa, 15 Desember 2009

inTerViu

Interviu menjadi hal yang biasa ketika kita melamar kerja di sebuah perusahaan. Interviu juga menjadi salah satu factor yang menentukan seseorang diterima atau ditolak dari perusahaan tersebut. Banyak orang menganggap saat interviu merupakan saat-saat yang paling menegangkan dimana pelamar diberikan pertanyaan-pertanyaan oleh pewawancara untuk menemukan kecocokan pribadi dan kompetensi seseorang dengan jabatan yang akan diisi. Setiap orang yang diinterviu pasti mengharapkan dia diterima di perusahaan tempatnya melamar tapi banyak juga yang harus kecewa karena mereka tidak memenuhi criteria perusahaan tersebut. Berikut tips menghadapi interviu :

* Rileks

Dengan rileks kita baru bisa menampilkan sisi terbaik kita. Bagaimana oerang lain bisa mengenal diri kita lebih jauh, bila kita tidak memperbolehkan orang lain untuk masuk ke diri kita lebih dalam. Orang yang rileks bisa menolak untuk melakukan hal yang melanggar norma dan prosedur tanpa harus berkonfrontasi. Orang yang rileks tetap berdisiplin dengan waktu dan bisa tertib mengatur busana sesuai keperluan tanpa perlu “ jaim “ berlebihan. Kondisi rileks dapat membuat seseorang mempunyai energy lebih untuk menahan diri bila merasa tersinggung dengan kata-kata atau ungkapan orang lain, sehingga tanpa terasa ia juga tampil sebagai orang yang terkontrol.

* Lapar dan Agresif

Banyak orang yang mencari kerja bersikap “ jaim “, menahan diri, takut salah dan terlalu berhati-hati. Justru karena ingin tampil sopan dan penuh aturan , kita jadi sulit untuk menangkap energy, semangat, agresivitas dan spirit individu. Padahal, energy adalah hal pertama yang ingin dilihat dan “ dibeli “ dari individu. Energy perlu kita genjot dengan senantiasa menyempatkan diri dengan menggali informasi baru, menangkap kesempatan baru, pekerjaan baru dan tugas baru. Sikap excited inilah yang perlu ditampilkan.

Tidak ada salahnya kita tampil sebagai orang yang menguatkan “ presence “ dan menyakini kesuksesan dan prestasi. Kita pun sah saja jika tidak menempatkan diri sebagai objek interviu tetapi mengambil sikap sebagai subyek yang berhak menggali informasi, menjawab pertanyaan dengan imajinasi masa depan yang terang serta membawa amanah profesi yang kuat.

* Jual Diri

Kita semua menyadari bahwa keahlian, ketrampilan dan kekuatan yang terlipat rapi di dalam diri kita, tidak selamanya bisa dipamerkan setiap saat. Sudah zamannya sekarang setiap orang apapun profesinya, sadar bahwa dirinyalah yang menjadi agen penjual bagi dirinya sendiri, bukan orang lain. Untuk membuat orang lain memahami kemampuan kita, kita perlu mampu menganyam prestasi keahlian kita dalam obrolan-obrolan yang ringan tetapi informatif.

Sumber : Savitri, S & Rachman, E. 2009. Kompas edisi sabtu, 28 November 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar